Di bagian paling bawah dari konstruksi jalan adalah lapisan tanah dasar. Kestabilan tanah ini sangat berpengaruh pada kualitas dan daya tahan jalan di atasnya. Ada beberapa teknik stabilisasi jalan yang bisa dimulai dengan memperbaiki kondisi tanah.
Ini dilakukan sebelum meletakan lapisan pondasi yang menjadi bantalan untuk aspal atau beton. Kualitas tanah menentukan ketahanan aspal dan beton, selain dari kualitas material perkerasan jalan itu sendiri.
Teknik Stabilisasi pada Pembangunan Jalan
Teknik stabilisasi dengan mekanik
Salah satu teknik pembuatan jalan yang berguna untuk meningkatkan kestabilan adalah pemadatan tanah menggunakan alat berat. Misalnya pada pembangunan jalan aspal yang menggunakan buldozer dan vibrator roller untuk mendapatkan kepadatan tanah yang optimal.
Tanah harus benar-benar padat untuk bisa dilanjutkan dengan lapisan pondasi jalan. Jika di awal pengerjaan ini tidak tepat, kualitas jalan yang dihasilkan nantinya tidak optimal dan cepat rusak. Namun, stabilisasi tanah secara mekanik ini mulai banyak ditinggalkan karena membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu cukup lama.
Teknik stabilisasi dengan bahan kimia
Untuk membangun jalan yang stabil, perbaikan tanah sangat penting dilakukan. Perbaikan tanah dapat dilakukan menggunakan bahan kimia, seperti stabilisasi tanah dengan kapur, abu atau larutan kimia tertentu.
- Abu terbang (fly ash)
Abu terbang atau fly ash adalah hasil pembakaran batu bara yang digunakan oleh pembangkit listrik. Penambahan abu terbang pada tanah bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas tanah. Teknik stabilisasi jalan ini biasanya dilakukan pada proyek jalan aspal.
Sifat abu terbang yang sangat kering dapat menyerap kelembapan di dalam tanah. Cara ini akan membuat tanah yang dijadikan pondasi jalan menjadi lebih stabil.
- Kapur
Kapur yang digunakan untuk stabilisasi jalan adalah material yang berasal dari batu kapur. Material ini dibakar pada suhu tinggi dan menghasilkan kalsium hidroksida. Ketika bercampur dengan tanah, kalsium pada kapur ini akan mengikat partikel tanah sehingga dapat mengurangi sifat mengembang dari tanah.
- Polimer
Salah satu bahan kimia untuk memadatkan tanah adalah polimer. Sifat senyawa kimia seperti lem yang akan menyatukan partikel tanah dengan daya rekat yang cukup kuat. Pada proyek pembangunan jalan, polimer yang digunakan bisa sintetis maupun biopolimer.
- Enzim
Dengan bantuan formula enzim tertentu yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan stabilitas tanah. Enzim ini akan menghasilkan reaksi biokimia dan pengerasan lapisan tanah. Namun, teknik stabilisasi dengan enzim tidak dapat diterapkan pada semua jenis tanah.
- Semen
Menaburkan semen pada tanah menjadi salah satu teknik yang kerap dilakukan pada proyek pembangunan jalan. Semen dapat menurunkan kadar air optimum sehingga tanah lebih stabil. Hal ini karena semen mengandung kapur, lempung, dan silika yang dapat mengikat air pada tanah.
Teknik stabilisasi dengan geosintetik
Geosintetik merupakan teknologi buatan untuk meningkatkan stabilitas tanah. Terdapat beberapa jenis geosintetik yang dapat digunakan untuk stabilitas tanah atau jalan.
- Geotekstil
Geotekstil digunakan untuk filtrasi, lapisan separasi, dan perkuatan tanah. Geotekstil tersedia dalam berbagai ukuran dan ketebalan.
- Geomembrane
Teknik stabilisasi jalan dengan geomembrane umumnya dilakukan pada tanah lunak atau ekspansif. Geomembrane berbentuk lembaran impermeable yang dibuat dari bahan sintetik.
- Geocell
Geocell adalah material sintetik yang terbuat dari bahan HDPE (High Density poly Ethylene). Material ini berbentuk struktur heksagonal yang saling terikat. Jika dipasang, geocell akan terlihat seperti sarang tawon.
- Geogrid
Macam-macam stabilisasi tanah termasuk penggunaan geogrid. Salah satu material geosintetik ini berupa lembaran yang memiliki lubang-lubang untuk memperkuat struktur tanah. Terbuat dari bahan polimer yang dapat menahan struktur tanah dan agregat pada konstruksi jalan.
Material yang Digunakan untuk Membuat Jalan yang Kuat dan Tahan Lama
Untuk menghasilkan jalan yang tahan lama dibutuhkan teknik stabilisasi jalan yang baik dan juga material berkualitas. Material yang digunakan pun harus tepat sesuai dengan jenis pengerasan jalan, beton atau aspal. Berikut beberapa material yang digunakan untuk membuat jalan aspal dan jalan beton yang tahan lama.
Material untuk membuat jalan aspal yang kuat
Aspal merupakan material penting yang dibutuhkan dalam konstruksi perkerasan jalan lentur (flexible pavement). Pada konstruksi ini menggunakan beberapa material berikut untuk menghasilkan jalan aspal yang kuat dan tahan lama.
- Agregat
Material pertama yang dibutuhkan untuk memperkuat konstruksi jalan adalah agregat. Material agregat untuk jalan aspal merupakan campuran dari kerikil, batu pecah, pasir, atau mineral lain yang berbentuk padat, baik yang berukuran besar atau kecil.
Agregat menjadi material utama dalam perkerasan jalan, sekitar 90-95% berat material jalan berupa agregat atau sekitar 75-78% dari volume. Kekuatan dan daya tahan jalan aspal ditentukan oleh sifat agregat yang digunakan.
- Aspal padat
Bersama agregat, aspal ditambahkan sebagai campuran dalam konstruksi perkerasan jalan. Bahan dasar aspal adalah hidrokarbon yang dikenal sebagai bitumen. Aspal padat ini juga harus dipadatkan dengan alat berat agar konstruksi jalan benar-benar kuat dan stabil.
- Aspal cair
Aspal cair merupakan material aspal keras yang dicampur dengan bahan pencair. Material ini akan disemprotkan ke jalan menggunakan asphalt sprayer.
Aspal cair digunakan untuk lapisan pengikat (prime coat) di atas pondasi. Sedangkan aspal cair untuk perekat (track coat) biasanya diletakkan di atas lapisan beraspal sebelum lapisan berikutnya.
Material yang dibutuhkan untuk jalan beton yang tahan lama
Beton termasuk material yang digunakan pada perkerasan jalan kaku (rigid pavement). Teknik stabilisasi jalan beton menggunakan material yang sedikit berbeda dengan jalan aspal. Berikut material-material yang digunakan pada konstruksi jalan beton.
- Agregat
Agregat yang digunakan untuk jalan aspal belum tentu cocok untuk beton. Pada jalan beton dituntut menggunakan agregat yang bersih dan lebih tinggi. Pasir yang digunakan umumnya harus pasir alam yang kasar.
Bisa menggunakan pasir sungai atau pasir gunung untuk pasir alam. Sedangkan pasir buatan biasanya pasir yang diperoleh dari proses ayak batu pecah.
Selain pasir, agregat untuk jalan beton meliputi batu pecah, kerikil dan terak (slag). Terak merupakan bahan non logam yang mengandung silika dan alumino silikat.
- Semen Portland
Material yang cukup penting dalam pembuatan jalan beton adalah semen Portland. Material ini merupakan jenis semen hidraulik yang mengandung kalsium silikat dan material penting lainnya.
- Baja struktur
Baja struktur atau baja tulangan ditemukan pada setiap konstruksi jalan beton. Material ini menentukan kekuatan dan kestabilan jalan nantinya. Rangkaian baja yang disusun sedemikian rupa dapat menahan pergerakan tanah sehingga jalan di atasnya lebih stabil dan tahan lama.
- Beton
Beton cor yang digunakan untuk jalan memiliki mutu yang berbeda. Pada jalan desa, biasanya menggunakan beton K 175, K 200 atau K 225. Untuk jalan kabupaten menggunakan beton mutu K 350, K 400 atau K 450.
Sedangkan untuk jalan nasional menggunakan beton yang sama seperti jalan kabupaten, tetapi lebih tebal dengan ketebalan minimal 40cm. Beberapa jalan nasional ada juga yang menggunakan beton dengan mutu FS (Flexural Strength).
Itulah langkah-langkah penting dalam konstruksi jalan yang ada di Indonesia. Teknik stabilisasi jalan dan material bermutu tinggi yang digunakan pada proyek jalan adalah mutlak untuk menghasilkan jalan yang kuat dan bisa bertahan lama.
Referensi:
- https://www.geosinindo.co.id/post/mengenal-stabilisasi-tanah-dan-6-metode-yang-dapat-digunakan
- https://www.studocu.com/id/document/universitas-gunadarma/konstruksi-jalan-dan-jembatan/spesifikasi-bahan-perkerasan-jalan/46775472
Seri lengkap mengenai Jalan:
- Jalan dari Masa ke Masa
- Jenis dan Asal-Usul Jalan Aspal
- Bahan Perkerasan Jalan
- Teknologi Perawatan dan Pembangunan Jalan
- Jalan Tol: Sejarah, Jenis dan Pemeliharaannya
- Jalan Makadam – Batu-Batu Pembentuk Jalur yang Terabaikan
- Perencanaan Pengawasan Jalan
- Perbandingan Jalan Aspal vs Jalan Beton
- Bagian-bagian Jalan
Penulis: Surya Irawan
Surya Irawan adalah seorang lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Parahyangan. Saat ini, Surya Irawan aktif terlibat dalam industri konstruksi dan telah memberikan kontribusi yang berharga dalam pengembangan infrastruktur dan beragam proyek-proyek konstruksi. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman praktisnya, Surya berharap dapat memajukan teknik sipil dan memberikan kontribusi positif.