Teknik Dasar Dalam Konstruksi Gedung

Konstruksi Gedung

Dalam proses pembangunan sebuah gedung terdapat rangkaian yang begitu kompleks dan melibatkan sejumlah teknik dasar yang dimulai dari tahap perencanaan hingga realisasi. Dalam setiap proses yang berlangsung, keakuratan dan efisiensi menjadi kunci kesuksesan.

Terdapat beberapa aspek teknik esensial yang harus diperhatikan. Mulai dari teknik pengukuran dan penandaan, penggunaan alat berat, teknik pengecoran dan pembesian, dan manajemen keselamatan kerja.

Dengan memahami dan mengimplementasikannya secara teliti, maka proses konstruksi gedung bisa dijalankan secara aman dan efektif, dan mampu memberikan hasil akhir yang berkualitas dan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Pengukuran dan Penandaan dalam Konstruksi

Dalam dunia konstruksi, pengukuran dan penandaan memiliki peran vital untuk memastikan keakuratan dan keberhasilan proyek. Selain itu, ini menjadi pondasi penting yang mendukung kelancaran pelaksanaan konstruksi yang efisien.

Menentukan dan Meletakkan Titik Kontrol Horizontal atau Vertikal

Dalam penggunaan foto udara demi menentukan lokasi dan merancang proyek, titik kontrol ditempatkan di tempat tinggi untuk daerah perbukitan dan menggunakan tugu untuk daerah datar. Surveyor menggunakan theodolite dan triangulasi dalam menentukan lokasi titik kontrol.

Dengan foto udara dan garis travers, batas kawasan tanah proyek ditentukan, jarak diukur, dan reference point dibuat. Titik petunjuk digunakan untuk menentukan kembali letak patok yang mungkin hilang atau rusak.

Garis travers digunakan di daerah rawan atau sulit dihubungkan. Pengukuran vertikal dengan garis travers memberikan kontrol sementara, dan titik vertikal tetap ditempatkan jika sumbu ukur belum diketahui. Moment bench mark diletakkan dekat garis travers, mudah ditemukan dan tidak lebih dari satu kilometer jauhnya.

Mengadakan Pengukuran Sifat Datar dan Topografi

Menyipat datar merupakan proses menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih. Ketelitian pengukuran tergantung pada alat yang digunakan dan tingkat akurasi.

Kayu sipat sering digunakan sebagai alat sederhana untuk tujuan ini. Dengan theodolite, kita bisa mengukur sudut arah dan kemiringan terhadap bidang horizontal pada titik pembacaan. Pada setiap titik, terukur sudut horizontal dan vertikal.

Pematokan Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Kuantitas Pekerjaan

Dalam pembangunan dibutuhkan pelaksanaan seluruh elemen pada posisi yang benar. Dalam memindahkan sebuah gambar rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang tetap dan perencanaan konstruksi harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.

Jika terdapat ketidakjelasan informasi maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya demi mendapat kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab menentukan dan mematok secara keseluruhan, sedangkan pengawas lapangan memastikan kontraktor mendapatkan informasi yang tepat dan menyiapkan titik kontrol yang dipasang.

Alat Berat Dalam Konstruksi Gedung

Dalam pembangunan gedung tentu dibutuhkan alat berat yang memiliki fungsi masing-masing. Berikut ini beberapa alat berat yang biasa didapati dalam konstruksi gedung:

Excavator dan Backhoe

Alat berat ini memiliki tugas untuk menggali pondasi dan penggalian tanah. Tugas lain yang dimilikinya adalah memasang tiang pancang.

Crane

Tugas dari crane adalah memasang struktur tinggi seperti balok dan kolom. Selain itu, crane juga digunakan untuk memindahkan material berat.

Bulldozer dan Grader

Ada bulldozer dan grader yang digunakan untuk mempersiapkan dan meratakan tanah. Alat berat ini juga digunakan untuk membuat jalan sementara.

Alat Pengangkat Material

Terdapat alat berat yang bertugas untuk mengangkat material seperti forklift yang gunanya untuk memindahkan material yang ada di dalam gedung. Ada juga alat berat berupa conveyor yang digunakan sebagai transportasi untuk material vertikal.

Ada juga berbagai jenis truck yang tugasnya mengangkut berbagai material yang dibutuhkan pada saat proses konstruksi berlangsung.

Pengecoran dan Pembesian

Kolom merupakan batang tekan vertikal yang ada pada rangka struktur bertugas membawa beban dari balok. Kolom memiliki peran krusial sebagai elemen tekan dalam struktur bangunan, sehingga jika terjadi kegagalan pada kolom bisa menjadi titik kritis yang menyebabkan runtuhnya lantai yang ditopang dan bisa saja menyebabkan keruntuhan seluruh struktur.

Fungsi kolom adalah untuk mengalirkan seluruh beban bangunan ke pondasi. Secara analogi, kolom bisa diibaratkan sebagai kerangka tubuh manusia yang menjamin kekokohan suatu bangunan. Sebagai bagian utama pada struktur, kolom memiliki tanggung jawab menyalurkan beban total bangunan dan tekanan angin.

Kinerja kolom menjadi sangat krusial dalam mencegah keruntuhan bangunan. Beban pada sebuah bangunan dimulai dari atap yang diteruskan oleh kolom. Seluruh beban yang diterima oleh kolom dipindahkan dan didistribusikan ke permukaan tanah yang ada di bawahnya.

Proses Pengerjaan Kolom

Dalam proses pengerjaan kolom ada beberapa tahap, yaitu:

  1. Pelaksanaan pekerjaan untuk lantai kerja dan beton decking
  2. Pengerjaan pembesian
  3. Pengerjaan bekisting
  4. Pengecoran secara langsung dan menyeluruh
  5. Pengerjaan curing sehari setelah pengecoran
  6. Kontrol kualitas sebelum pengecoran dilakukan

Manajemen Keselamatan Kerja Dalam Konstruksi Gedung (Kebijakan K3)

Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) harus memenuhi berbagai ketentuan berikut:

  • Mencakup komitmen mencegah kecelakaan kerja dan penyakit dan peningkatan berkelanjutan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
  • Mencakup komitmen demi mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain terkait K3
  • Sebagai kerangka penyusunan sasaran K3

Kebijakan harus dijelaskan ke setiap pekerja, tamu dan berbagai pihak yang ada dalam kegiatan konstruksi. Kebijakan K3 perlu ditinjau ulang secara berkala demi menjamin kebijakan tersebut sesuai dengan setiap perubahan.

Organisasi K3 dibuat dengan penanggungjawab membawahi berbagai bidang yang terintegrasi.

Perencanaan K3

Penyusunan identifikasi bahaya, penilaian resiko, skala prioritas, pengendalian resiko K3 dan penanggung jawab adalah beberapa langkah kunci dalam SMK3. Langkah-langkah tersebut bertujuan mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan resiko dengan penanggung jawab yang jelas di setiap kegiatan.

Pengendalian Operasional

Pengendalian operasional melibatkan penyusunan prosedur kerja atau petunjuk kerja yang mencakup berbagai upaya pengendalian. Langkah-langkah tersebut mencakup:

  • Penunjukan penanggung jawab kegiatan SMK3 yang dijelaskan dalam struktur organisasi K3 beserta uraian tugas
  • Upaya pengendalian yang didasarkan pada lingkup pekerjaan yang sedang dilakukan
  • Perencanaan dan penanganan kondisi darurat di tempat kerja dengan melakukan prediksi dan penyusunan rencana
  • Program pelatihan yang detail sesuai dengan pengendalian resiko yang ada
  • Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan sebagai langkah tanggap awal
  • Penyesuaian kebutuhan terkait tingkat pengendalian resiko K3 yang sedang dihadapi.

Pemeriksaan dan Evaluasi

Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi dilakukan berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan saat pengendalian operasional

Tinjauan Ulang

Hasil pemeriksaan dan evaluasi kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria yang sesuai dan tidak sesuai dengan standar sasaran dan program K3. Jika terdapat ketidaksesuaian, termasuk dalam situasi dimana kecelakaan kerja terjadi, dilakukan peninjauan ulang untuk mengambil berbagai langkah perbaikan yang diperlukan.

Demikianlah beberapa teknik dasar dalam konstruksi gedung yang dimulai dari rencana hingga realisasi. Ada banyak hal yang harus diperhatikan pada saat proses konstruksi sebuah bangunan berlangsung. Mengikuti teknik dasar yang ada akan mempermudah dan meningkatkan keselamatan kerja hingga nanti proses konstruksi memasuki tahap akhir dan selesai.


Artikel lain mengenai Konstruksi Gedung:

  1. Konstruksi Gedung
  2. 5 Inovasi Teknologi dalam Industri Konstruksi
  3. Penggunaan Teknologi Hemat Energi untuk Gedung
  4. Prinsip dan Teknik Dasar Bangunan Gedung Tahan Gempa
  5. Metode dan Teknik Untuk Estimasi Biaya Konstruksi Gedung
  6. Inspeksi dan Pemeliharaan Gedung
  7. Keselamatan di Lokasi Konstruksi Gedung
  8. Keamanan Maksimal di Proyek Konstruksi Gedung
  9. Kiat Jitu Agar Proyek Konstruksi Gedung Berjalan Lancar
  10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Gedung
  11. Pemilihan Material dalam Konstruksi Gedung

Penulis: Surya Irawan

Surya Irawan adalah seorang lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Parahyangan. Saat ini, Surya Irawan aktif terlibat dalam industri konstruksi dan telah memberikan kontribusi yang berharga dalam pengembangan infrastruktur dan beragam proyek-proyek konstruksi. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman praktisnya, Surya berharap dapat memajukan teknik sipil dan memberikan kontribusi positif.

Scroll to Top