Jalan beraspal yang halus tidak hanya memberi kenyamanan bagi para pengguna kendaraan bermotor. Lebih dari itu, infrastruktur jalan yang bagus akan memperlancar kegiatan berbagai usaha. Pembuatan jalan beraspal juga menjadi salah satu wujud pemerataan pembangunan yang terus dilakukan oleh pemerintah. Nah, tahukah Anda bagaimana rumitnya proses pembuatan jalan beraspal ini?
Proses Pembuatan Jalan Beraspal
Pembangunan jalan-jalan beraspal yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya membutuhkan biaya, peralatan, dan pekerja yang tidak sedikit. Pembangunan infrastruktur jalan semakin berat terutama pada wilayah-wilayah pedalaman dengan kondisi alam yang menantang dan fasilitas yang terbatas.
Sebagai langkah awal, tentunya pemetaan diadakan untuk menentukan jalur terbaik yang hendak dipakai sebagai jalan. Setelah itu, dilakukan pembebasan lahan-lahan milik penduduk yang akan digunakan sebagian atau seluruhnya untuk pembangunan infrastruktur jalan. Tahapan inilah yang terbilang cukup sulit, membutuhkan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya yang tak sedikit. Nilai pengganti lahan yang tidak disepakati bisa membuat upaya pembebasan lahan memakan waktu yang lama.
Jika lahan-lahan yang masuk dalam jalur pembuatan jalan beraspal sudah dibebaskan, maka selanjutnya lahan-lahan tersebut dibersihkan. Pohon-pohon ditebang dan permukaan lahan diratakan. Pada tahapan ini, berbagai peralatan berat dikerahkan seperti excavator untuk menimbun ataupun menggali, dozer atau bulldozer untuk meratakan permukaan tanah, dan dump truck untuk mengangkut material.
Tahapan berikutnya adalah menambahkan material untuk pondasi jalan berupa batu-batu kali. Dalam tahapan inilah, alat pengangkut dump truck banyak digunakan. Material untuk pondasi ini dihamparkan di seluruh jalur jalan yang hendak dibangun. Lantas diratakan dan dipadatkan dengan alat berat yang disebut tandem roller.
Jika pondasi jalan sudah benar-benar rata dan padat, barulah pemberian lapisan aspal dilakukan. Aspal dipanaskan terlebih dahulu agar mencair lantas dituang ke permukaan jalan dengan menggunakan alat yang disebut asphalt finisher. Tahapan ini bukanlah tahapan yang terakhir. Lapisan aspal yang sudah dihamparkan masih harus dipadatkan dengan compactor. Bila sudah memenuhi standar kepadatan yang diharapkan, kemudian dilakukan proses pamungkas yakni pengerasan dan pemerataan permukaan jalan beraspal dengan menggunakan peneumatic roller.
Jenis aspal yang digunakan dalam proses pembangunan jalan beraspal pada umumnya adalah jenis aspal buatan. Untuk jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan berada di daerah beriklim panas, jenis aspal buatan yang dipakai adalah jenis aspal penetrasi rendah 40/55. Sedangkan untuk jalan dengan lalu lintas bervolume rendah atau sedang dengan iklim yang dingin, jenis aspal buatan yang dipilih adalah jenis aspal penetrasi tinggi 100/100. Pemilihan jenis aspal yang sesuai dengan volume lalu lintas dan cuaca ini tentunya akan membuat jalan tahan lama.
Inovasi Pembuatan Jalan Beraspal Dengan Campuran Sampah Plastik
Penggunaan aspal untuk jalan raya telah menjadi salah satu penemuan yang memudahkan pergerakan manusia. Dalam sejarah, pemakaian aspal dalam kontruksi jalan tercatat pertama kali dilakukan sekitar tahun 625 SM di Babilonia. Sebutan “Aspal” sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, Asphaltos. Bangsa Romawi kemudian mengubahnya menjadi Asphaltus. Bahasa Inggis mengadaptasi Asphaltus menjadi Asphalt. Dan dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya Aspal.
Tentu saja penggunaan aspal dalam kontruksi jalan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Penyempurnaan teknik pembuatan jalan raya terus dilakukan hingga mendapatkan kontruksi jalan yang benar-benar kuat, tahan lebih lama dan pastinya nyaman dilalui oleh manusia.
Saat ini, pemerintah Indonesia pun sedang melakukan uji coba untuk mencampur sampah plastik dan aspal dalam pembangunan jalan raya. Penggunaan sampah plastik ini dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah plastik yang menumpuk setiap tahunnya dengan jumlah yang selalu bertambah dan belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Selain diharapkan mampu mengatasi persoalan sampah plastik, pencampuran sampah plastik dan aspal ini juga bertujuan menekan biaya pembangunan insfrastruktur jalan. Keuntungan lainnya, jalan yang dibangun dengan mencampurkan sampah plastik dan aspal memiliki konstruksi lebih kuat jika dibandingkan dengan penggunaan aspal tanpa campuran. Hal ini tentunya membuat biaya perawatan jalan bisa berkurang.
Jalan-jalan raya beraspal yang sudah selesai dibangun memang membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin untuk mempertahankan kondisi jalan. Fasilitas drainase di sekitar jalan juga penting untuk diperhatikan agar air tidak menggenang di permukaan jalan. Sebab air yang menggenang tersebut dapat melemahkan struktur perkerasan jalan. Struktur jalan yang melemah memudahkan terjadinya retakan-retakan. Saat musim hujan tiba, air hujan akan masuk ke bagian dalam jalan yang kemudian mengurai ikatan material jalan. Akibatnya muncul kerusakan-kerusakan jalan yang jika dibiarkan akan semakin membesar.
Nah, Indonesia bukanlah negara pertama atau satu-satunya negara yang mencampurkan sampah plastik dengan aspal. India telah terlebih dahulu melakukan langkah inovatif ini. India sudah membuat 120.000 km jalan dengan memanfaat campuran sampah plastik dan aspal. Kita tunggu saja pilot project inovatif pembuatan jalan beraspal dengan campuran sampah plastik yang akan segera diwujudkan!